Photobucket

12 Mei 2009

KEBERHASILAN THAILAND MENGENDALIKAN MALARIA (1)

Membaca berita utama di koran beberapa minggu yang lalu, Bangkok: keadaan darurat. Ya, cukup mengiris telinga setiap orang yang mendengarnya. Sejak tahun 2006, sejak perdana Menteri Thaksin digulingkan, keadaan pemerintahan di Thailand semakin tidak menentu. Orang lantas berfikir, bagaimana mungkin struktur pemerintahan akan berjalan sebagaimana yang diharapkan apabila kondisi keamanan saja tidak terjamin sebagai akibat stabilitas politik yang tidak menentu. Tapi, jangan salah. Saya berhasil mengunjungi negara ini pada bulan yang lalu atau awal tahun lewat sebuah acara program kesehatan internasional. Wow, untung saat itu stabilitas politik masih belum memanasi seperti kemarin sehingga saya masih bisa pulang dengan selamat ke tanah air.

Saya cukup terkejut saat pertama kali menginjakkan kaki di Bangkok. Dari cerita teman yang pernah mengunjungi Bangkok kira-kira delapan tahun yang lalu, rata-rata mengatakan negara ini tak ubahnya Jakarta, banyak ditemukan pemukiman kumuh serta tidak pula beraturan. Pendapat saya hampir seratus persen berbeda dengan mereka. Bangkok, Heem, kota dengan tata ruang kota yang cukup apik. Jika dibandingkan Jakarta jumlah kendaraan tidak sebanding dengannya. Sehingga, kemacetan tidak separah dengan Jakarta. Mobil yang saya tumpangi pernah terjaebak macet, beberapa teman yang berasal dari Bangkok mengatakan pada saya, bahwa saat itu kemacetan yang parah. Tapi hanya kurang lebih, sepuluh menit saja, sisanya kami sudah bisa meloloskan diri. Inikah yang disebut kemacetan parah? Bagaimana dengan Jakarta? Bagitu saya kembali ke tanah air, ternyata semua teman-teman yang pernah berkungjung ke sana mengatakan, Ooh excellent, Bangkok not same eight years ago. It’s nice country now.
Seperti nuansa kotanya, saya cukup memaklumi mengapa pelatihan internasional malaria sering diadakan di negara ini. Saya cukup mengerti mengapa studi banding dari negara-negara Asia termasuk Indonesia sering ditujukan di sini. Program malaria khususnya, saya melihat ada suatu kelebihan yang diperlihatkan dari sini.
Tulisan saya ini bukan untuk membuka kekurangan bangsa kita sendiri tapi justru dengan melihat keterbatasan yang kita punya, saya yakin kita masih punya peluang untuk memperbaikinya dengan bercermin kepada negara lain yang kebetulan selangkah lebih baik dari kita. Bukankah orang eh maksud saya bangsa yang mau meju adalah bangsa yang mau mengakui kekurangannya dan punya tekad untuk memperbaikinya.
Departemen Kesehatan atau Ministry of Public Health terletak di Provinsi Nonthaburi, bukan di Bangkok, kurang lebih satu setengah jam perjalanan dari bandara Suvarnabhumi, Bangkok. Berbeda jauh dengan markas kesehatan kita yang berada di Jalan Percetakan Negara di Jakarta. Justru berada tidak di ibukota negara ini, menjadikannya terletak di areal yang sangat luas, sangat elok, anggun dan megah. Saya mengunjungi bagian laboratorium khusus pemeriksaan malaria. Dari sini, baru saya tahu betapa mereka sangat menjaga mutu dan kualitas laboratorium malaria yaitu mereka adalah pusat cross check slide sediaan darah malaria dari seluruh pusat pelayanan malaria yang ada di wilayahnya.

STRATEGI ‘GOLD STANDARD’
Pada tahun 2008 di Kalimantan Tengah kita memiliki sebanyak 21.426 kasus malaria. Namun, kasus ini adalah kasus klinis atau berdasar gejala klinis saja. Dari kasus klinis tersebut hanya 35 % Puskesmas yang mampu melakukan konfirmasi melalui diagnosa malaria. Berbeda dengan Thailand, yang dinamakan kasus malaria merupakan kasus yang sudah dikonfirmasi melalui pemeriksaan sediaan darah. Bukankah the gold standart case of malaria with confirm laboratory? Sekarang kasus malaria yang ada di negara ini ternyata lebih di dominasi oleh kasus yang berasal dari penduduk pendatang atau penduduk yang bermukim di perbatasan negara ini dengan negara tetangga/foreign case/non Thai. Sedangkan, kasus penduduk lokal/Thai jumlahnya jauh di bawah Non Thai yang memang sampai saat ini kesulitan dalam intervensinya, karena begitu tingginya mobilitas penduduk antar negara.
Jika kita melihat peta Bangkok, memang negara ini berbatasan langsung dengan beberapa negara yaitu sebelah selatan berbatasan dengan Kamboja dan Malaysia, sebelah utara berbatasan dengan Laos, dan sebelah barat berbatasan dengan Myanmar. Perbatasan ini hanya cukup dengan melangkahkan kaki saja. Perjalanan saya memang sampai di provinsi Kanchanaburi, bagian ujung dari provinsi ini adalah berbatasan dengan negara Myanmar. Saya cukup melangkahkan kaki saja sudah sampai di negara lain, batas yang di pasang hanyalah sebatas besi yang diletakkan di atas tanah.
Kita perlu tahu bagaimana Thailand menerapkan program pengendalian malaria. Menurut pengamatan saya, mereka punya jurus jitu pertama yaitu setiap kasus malaria wajib berdasar hasil pemeriksaan mikroskopis. Untuk itu, mereka punya jejaring yang kuat dalam hal ini. Setiap desa yang berada di daerah endemis tinggi mempunyai malaria klinik. Malaria klinik adalah sebuah pusat pelayanan kasus malaria. Kegiatannya adalah memeriksa masyarakat yang ada di wilayahnya yang menderita gejala malaria. Tentu saja pemeriksaan secara mikroskopis dengan mutu dan kualitas yang bagus baik dari segi peralatan maupun tenaga. Tempatnya sederhana dan dijalankan oleh petugas kesehatan sebanyak tiga orang yaitu kepala klinik, petugas laboratorium dan asistennya (Penulis : Rita Juliawaty, Kalteng)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give Me Your Comment, No SPAM No JUNK: