Photobucket

14 Mei 2009

Sensitif, Jantung Mudah Berdebar

Sebagian orang bilang bahwa jantungnya menjadi berdebar-debar sehabis minum kopi atau obat tertentu. Bahkan, ada orang yang jantungnya berdebar setelah minum minuman suplemen. Di sisi lain, banyak juga orang yang bisa menikmati kopi dan minuman suplemen setiap hari tanpa mengalami jantung berdebar.
Kenapa bisa begitu? Apa sesungguhnya yang membedakan? “Dalam kopi, teh dan coklat, terkandung kafein. Itulah yang membuat jantung berdenyut lebih cepat, bahkan bisa juga keluar keringat dingin”, jelas Prof. Dr. dr. Rochmad Romdoni, S.Pd, S.Pjp. Jantung berdebar, kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RSU dr. Soetomo itu, dipengaruhi oelh beberapa faktor. Di antaranya, rangsangan saraf simpatik dan hormon adrenalin.

“Jika hormon adrenalin tinggi atau saraf simpatis sangat sensitive, jantung menjadi berdebar-debar”, lanjut dia, bisa disebabkan faktor luar atau dalam tubuh pasien. “Bila saraf simpatis pasien sangat sensitive, ini disebut faktor dalam,” kata Romdoni. Bagaimana cara mengetahuinya? Dalam kondisi normal, menurut Romodoni, jantung berdenyut 60-100 kali/menit. Yang optimal adalah 70-80 kali/menit. Kalau denyut jantung lebih dari 100 kali per menit, itu menunjukkan saraf simpatis sangat sensitive.
Sedangkan penyebab dari luar tubuh bermacam-macam. Bisa rasa was-was, emosi, takut atau kaget. Bisa juga makanan dan minuman, misalnya kopi, the, dan cokelat. Penyeba lainnya adalah mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Misalnya, jantung berdebar setelah minum obat asma, flu, batuk atau jenis lain yang mengandung adrenalin. “Suplemen penambah energi juga bisa membuat jantung berdebar lebih kencang”, terang mantan direktur RSU Haji Surabaya tersebut.
Penyakit tertentu, kata Romdoni, juga bisa mengakibatkan jantung berdebar lebih kencang. Salah satunya, anemia (penurutan kadar hemoglobin). Romdoni mengatakan, alam kondisi anemia, darah tak bisa beredar optimal ke seluruh tubuh. Akibatnya jantung bekerja lebih ekstra memompa agar darah beredar ke seluruh tubuh.
“Peningkatan kerja jantung ditandai dengan cepatnya denyut jantung tersebut”, jelasnya. Selain itu, penderita hipertiroid dan payah jantung juga terdiagnosis dengan cepatnya jantung berdenyut. Romdoni mengatakan, bila denyut jantung di atas 100 kali per menit, tapi kembali normal dalam beberapa menit, itu tak perlu diobati.
Namun, bila jantung berdetak lebih dari 120 kali per menit terus menerus, pasien dianjurkan segera berkonsultasi ke dokter jantung. Dokter akan mengevaluasi dan mencari penyebabnya. “Bila penyebabnya obat, makanan dan minuman, pasien diminta tak lagi mengkonsumsinya”, tutur dia. Jika penyebabnya penyakit tertentu, sumber penyakit tersebut harus diobati. Bila penyakitnya sembuh, otomatis jantung berdetak normal lagi.
Guru besar UNAIR itu menambahkan, kalau denyut jantung lebih dari 150 kali per menit, pasien wajib minum obat. Sebab, itu gejala patologis yang harus diobati. Jika tidak, pasien bisa pingsan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give Me Your Comment, No SPAM No JUNK: