PENYAMBUNGAN kembali saluran sperma harus dilakukan. Langkah tersebut diperlukan pelaku vasektomi yang ingin memiliki anak lagi. Memang, tak ada jaminan kesuburan pria akan kembali hingga seratus persen. “Tak ada dalam dunia medis yang bisa memastikan seratus persen. Sebab, yang mutlak itu hanya milik Tuhan,” kata Prof Dr dr Doddy M. Soebadi SpBSpU(K). dia mencontohkan salah seorang pasiennya yang sudah 12 tahun menjalani vasektomi. Kemudian, pasangan suami istri itu ingin punya anak kembali. Sang suami menginginkan saluran maninya yang telah dipotong disambung kembali. Teknik yang diambil Doddy kala itu menggunakan vasovasostomy. “Ketika saya di telpon lagi, ternyata istrinya sudah hamil,” papar Doddy.
Berdasar evidence based yang dilakukan Doddy, diantara 97% pasien yang menjalani
vasovasostomy, ternyata sperma kembali keluar bersama cairan semen tiap kali ejakulasi. Di antara jumlah tersebut, ada 74% yang istrinya bisa hamil kembali. Guru besar Unair tersebut menambahkan, banyak faktor memengaruhi kesuburan dan kehamilan setelah vasovasostomy. Pertama, usia pria. Semakin tua seseorang, tingkat kesuburannya kian menurun. Kedua, peran usia istri. “Bila usia istri sudah 40 tahun, ya agak sulit punya anak,” jelasnya. Faktor lainnya, pria menikah lagi dengan istri yang masih muda dan belum terbukti kesuburannya. “Ada faktor x yang membuat tak terjadi kehamilan. Padahal, kondisi suami dan istri sama-sama bagus dan sehat,” jelasnya. Ditegaskan Doddy, perlu pertimbangan matang bila hendak menjalani vasektomi. Pertimbangankan kelebihan dan kelemahannya. “Jangan grusa-grusu.
Beberapa pasien ingin vasektomi karena anaknya sudah lebih tiga,” kata Doddy. Proses vasovasostomy juga menggunakan bedah mikro. Prosesnya memakan waktu 1-1,5 jam. Pasien dibius lokal. Jika pasien masih merasa sakit, sah-sah saja rawat inap 1-2 hari. “Bila menggunakan bedah mikro, tingkat akurasinya naik sepuluh kali lipat,” imbuhnya. Hanya, operator mumpuni menyambungkan lubang dengan lubang saluran mani karena membutuhkan ketelitian dan pengalaman. “Jika menyambungnya tepat, tingkat presisinya tinggi,” kata Doddy. Saat menyambung saluran mani, dokter bisa sekalian mengambil sperma. Namanya cryo preservation. Pakar urologi tersebut mengatakan, sperma yang telah diambil bisa disimpan. “Jika sewaktu-waktu pasien ingin punya anak dengan teknik bayi tabung, dia bisa menggunakan sperma itu,” jelasnya.
21 Mei 2009
CUTI ? Jadwalkan Jauh Hari
PEKERJAAN menumpuk, meski dikerjakan dengan senang hati, tetaplah pekerjaan. Terus serius bekerja tetap beresiko stress, walaupun tanpa disadari. Cuti menjadi jalan keluar. “Suatu saat orang yang bekerja perlu mengambil dan menikmati cuti tahunan,” kata Prof dr Lestari Basoeki SpKJ, spesialis kesehatan jiwa dari RS Surabaya Internasional. Sayang, tipe orang workaholic (penggila kerja) sulit menikmati liburan kerja dengan baik. Sebab, workaholic memiliki disiplin tinggi akan waktu. Mereka merencanakan setiap aktivitas. Termasuk kegiatan yang dilakukan selama liburan. Cara itu sah-sah saja ditiru oleh semua tipe pekerja. Baik pekerja yang rajin maupun yang malas.
Kalau tanpa perencanaan, workaholic umumnya bingung saat berlibur tanpa aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan. “Agar nyaman selama cuti, perlu mendelegasikan tugas kepada orang lain saat orang tersebut berlibur,” tambah Kusandrini SPsi MKes, psikolog dari RS Spesialis Husada Utama Surabaya. Pendelegasian itu penting. Selain seseorang tenang menikmati liburan, pekerjaan tak terbengkalai. Memeang, sering dilakukan seseorang yang memiliki kedudukan. Nah, bagi pegawai biasa, ya meminta bantuan rekan kerja. Tentu, dengan cara yang baik dan berdiplomasi agar rekannya mau diajak bekerja sama. “Dia harus legawa kalau dikerjakan orang lain, apa pun hasilnya,” kata Kusandrini.
Langkah selanjutnya, menyelesaikan semua tugas paling lambat sepekan sebelum hari cuti tiba. “Kalau bisa, rencanakan semua kegiatan dalam satu bulan. Tugas itu hendaknya sudah diselesaikan maksimal seminggu sebelum cuti,” sarannya.
Diluar kegiatan kantor, jadwal kegiatan selama cuti sebaiknya juga sudah dibuat. Jika asal cuti sebaiknya juga sudah dibuat. Jika asal cuti, si workaholic cenderung memikirkan pekerjaan di kantor. “Nikmati saja liburan itu,” tegas Lestari. Sekedar istirahat di rumah pun boleh jadi pilihan. Inilah saatnya menikmati jadi orang rumahan. Lakukan semua hal yang membuat rileks. Menonton televisi atau tidur santai seharian di rumah. Yang penting benar-benar rileks dan melupakan pekerjaan kantor. “Orang memang perlu merelaksasikan diri,” imbuh Lestari. Dia menyarankan agar tidak menonton film-film yang menegangkan. Beralihlah ke film menyenangkan dan menghibur. Berbeda jika sudah memiliki jadwal kegiatan liburan. Lakukan saja sesuai jadwal.
Kusandrini menambahkan, cara seseorang menikmati masa cutinya akan berdampak ketika tiba waktunya bekerja kembali. “Orang yang benar-benar menikmati cuti akan merasa fresh dan lebih rileks,” katanya. Sebab, relaksasi yang didapatkan saat cuti ikut memperbaiki kondisi sel di badan. Dengan demikian, tubuh lebih segar. Nah, beda hasilnya pada orang yang kala cuti masih memikirkan pekerjaan. “orang itu kebanyakan cepat loyo lagi,” imbuh Lestari.
Kalau tanpa perencanaan, workaholic umumnya bingung saat berlibur tanpa aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan. “Agar nyaman selama cuti, perlu mendelegasikan tugas kepada orang lain saat orang tersebut berlibur,” tambah Kusandrini SPsi MKes, psikolog dari RS Spesialis Husada Utama Surabaya. Pendelegasian itu penting. Selain seseorang tenang menikmati liburan, pekerjaan tak terbengkalai. Memeang, sering dilakukan seseorang yang memiliki kedudukan. Nah, bagi pegawai biasa, ya meminta bantuan rekan kerja. Tentu, dengan cara yang baik dan berdiplomasi agar rekannya mau diajak bekerja sama. “Dia harus legawa kalau dikerjakan orang lain, apa pun hasilnya,” kata Kusandrini.
Langkah selanjutnya, menyelesaikan semua tugas paling lambat sepekan sebelum hari cuti tiba. “Kalau bisa, rencanakan semua kegiatan dalam satu bulan. Tugas itu hendaknya sudah diselesaikan maksimal seminggu sebelum cuti,” sarannya.
Diluar kegiatan kantor, jadwal kegiatan selama cuti sebaiknya juga sudah dibuat. Jika asal cuti sebaiknya juga sudah dibuat. Jika asal cuti, si workaholic cenderung memikirkan pekerjaan di kantor. “Nikmati saja liburan itu,” tegas Lestari. Sekedar istirahat di rumah pun boleh jadi pilihan. Inilah saatnya menikmati jadi orang rumahan. Lakukan semua hal yang membuat rileks. Menonton televisi atau tidur santai seharian di rumah. Yang penting benar-benar rileks dan melupakan pekerjaan kantor. “Orang memang perlu merelaksasikan diri,” imbuh Lestari. Dia menyarankan agar tidak menonton film-film yang menegangkan. Beralihlah ke film menyenangkan dan menghibur. Berbeda jika sudah memiliki jadwal kegiatan liburan. Lakukan saja sesuai jadwal.
Kusandrini menambahkan, cara seseorang menikmati masa cutinya akan berdampak ketika tiba waktunya bekerja kembali. “Orang yang benar-benar menikmati cuti akan merasa fresh dan lebih rileks,” katanya. Sebab, relaksasi yang didapatkan saat cuti ikut memperbaiki kondisi sel di badan. Dengan demikian, tubuh lebih segar. Nah, beda hasilnya pada orang yang kala cuti masih memikirkan pekerjaan. “orang itu kebanyakan cepat loyo lagi,” imbuh Lestari.
Suhu Tubuh Normal
Berkisar 37 Derajat Celsius
Keringat dikeluarkan oleh kelenjar di permukaan kulit kita. Itulah salah satu cara untuk mengeluarkan kelebihan panas. Dalam tubuh manusia terdapat mekanisme pengaturan suhu tubuh agar tetap berkisar 37 derajat Celsius, suhu yang optimal untuk aktivitas sehari-hari dan metabolisme.
Banyak kondisi tubuh yang berakibat pengeluaran keringat berlebih, yang biasa disebut hyperhidrosis. Penderita dengan kelebihan berat badan cenderung mengeluarkan keringat daripada mereka dengan berat badan lebih kecil.
Aktivitas fisik juga meningkatkan pelepasan keringat. Dua hal tersebut ialah efek peningkatan metabolisme dalam tubuh. Makanan tertentu dapat menimbulkan metabolisme (lemak, protein hewani). Karena itu, makanan tersebut sebaiknya dikurangi.
Selain itu, beberapa penyakit tertentu juga meningkatkan metabolisme sehingga pengeluaran keringat bertambah. Misalnya, penyakit akibat kelebihan hormon tiroid (hyperthyroidism). Gejala yang paling mudah dikenali selain cenderung mudah berkeringat, badan cenderung kurus (sulit meningkatkan berat badan) walaupun penderita hyperthyroidism banyak makan.
Mereka tidak tahan di lingkungan bersuhu panas, frekuensi BAB (buang air besar) cenderung meningkat, sering berdebar, dapat juga dengan eksoftalmus (penonjolan kedua bola mata), dan pembesaran kelenjar gondok. Untuk memastikan, dilakukan pemeriksaan hormon T3, T4, serta TSH (Thyroid Stimulating Hormone). Pada pemeriksaan, cenderung didapatkan kadar t3 dan T4 tinggi dan kadar TSH rendah.
Ada baiknya, dilihat kemungkinan hal tersebut. Sebab, terapi yang baik adalah terapi kausatif untuk menghilangkan penyebabnya.
Banyak kondisi tubuh yang berakibat pengeluaran keringat berlebih, yang biasa disebut hyperhidrosis. Penderita dengan kelebihan berat badan cenderung mengeluarkan keringat daripada mereka dengan berat badan lebih kecil.
Aktivitas fisik juga meningkatkan pelepasan keringat. Dua hal tersebut ialah efek peningkatan metabolisme dalam tubuh. Makanan tertentu dapat menimbulkan metabolisme (lemak, protein hewani). Karena itu, makanan tersebut sebaiknya dikurangi.
Selain itu, beberapa penyakit tertentu juga meningkatkan metabolisme sehingga pengeluaran keringat bertambah. Misalnya, penyakit akibat kelebihan hormon tiroid (hyperthyroidism). Gejala yang paling mudah dikenali selain cenderung mudah berkeringat, badan cenderung kurus (sulit meningkatkan berat badan) walaupun penderita hyperthyroidism banyak makan.
Mereka tidak tahan di lingkungan bersuhu panas, frekuensi BAB (buang air besar) cenderung meningkat, sering berdebar, dapat juga dengan eksoftalmus (penonjolan kedua bola mata), dan pembesaran kelenjar gondok. Untuk memastikan, dilakukan pemeriksaan hormon T3, T4, serta TSH (Thyroid Stimulating Hormone). Pada pemeriksaan, cenderung didapatkan kadar t3 dan T4 tinggi dan kadar TSH rendah.
Ada baiknya, dilihat kemungkinan hal tersebut. Sebab, terapi yang baik adalah terapi kausatif untuk menghilangkan penyebabnya.
Langganan:
Postingan (Atom)