Photobucket

11 Mei 2009

KRIPTORKIDI BERISKO MANDUL HINGGA GRENG MUSNAH

Salah satu yang harus dipastikan saat bayi lahir adalah jumlah testisnya. Sebab, ada kemungkinan testis (buah pelir) tidak turun ke tempat yang seharusnya. Kondisi begitu disebut kriptorkidi atau criptorchismus maldescensus testiculorum. Bila betul testis si kecil tidak berada di tempatnya. Kondisi tersebut harus segera ditangani. Kalau tidak, anak akan dibayang-bayangi kemandulan saat dewasa nanti.
“Itu pentingnya pemeriksaan detail kondisi bayi saat lahir. Yang dilihat bukan hanya bayi mengalami kuning atau tidak, sesak napas atau tidak. Kondisi dan jumlah testis juga harus diperiksa.” Kata dr Susanto Suryaatmadja SpAnd MKes.
Susanto menegaskan pemeriksaan jumlah testis penting karena jumlah penderita cenderung meningkat. Yakni, sekitar 1 persen di antara total bayi yang lahir. Di duga, salah satu penyebabnya adalah lifestyle (gaya hidup) yang buruk saat hamil. Misalnya, merokok, minum-minuman beralkohol, stress, dan kegemukan.


‘Semua itu mengakibatkan hormon ibu tidak sempurna. Bila hormon Ibu tidak sempurna, hormon anak ikut tak sempurna itu memenngaruhi hormon testoteron anak,’ terangnya.
Jika kelainan tersebut diketahui sejak dini, anak bisa segera ditangani. Androlog RSU dr. Soetomo itu mengatakan, pengobatan sebaiknya dilakukan sebelum anak berusia empat tahun. ‘Maksimal, sebelum anak masuk usia enam tahun.’ Jelasnya.
Kondisi testis yang tak segera turun ke tempat semestinya itu, lanjut Susanto, bisa merusak sperma. Akibatnya kemadulan tak dapat dihindari. Sebab testis menghadapi suhu tubuh yang cukup tinggi, sekitar 36.5 derajat celcius padahal sperma mestinya tersimpan dalam skrotum bersuhu rendah (25 derajat Celcius).’Pada pria, kriptokirdi penyebab 6,1 persen kemandulan,’ paparnya.
Risiko lainnya bentuk testis menjadi abnormal dan hormon testosterone tak terbentuk sempurna. Kalau itu terjadi, anak tak ubahnya kasim. Selain tidak bisa ereksi, hasrat seksualnya hilang sama sekali. Ketertarikan terhadap lawan jenis juga lenyap.’ Bisa-bisa dia malah kabur pad dilihatin cewek,’ canda Susanto.
Yang lebih parah, testis yang tak kunjung’ kembali ke rumah’ dapat menjadi kanker (seminoma). Penyebabnya di dalam perut, testis mendapatkan rangsangan berlebih sehingga sel-selnya tumbuh tidak beraturan.
Bagaimana cara mengatasinya? Menurut Susanto, anak penderita kriptorkidi bisa diterapi dengan hormon human chorionic gonadot ropine (HCG). Hormon itu akan merangsang testis untuk turun ke skrotum. Tetapi tersebut dilakukan 3-4 kali dengan interval pemberian tiga minggu sekali. ‘Terapi hormon testosterone tak lagi digunakan karena bisa mengakibatkan anak kerdil,’ tutur Susanto. Jalan lain yang bisa ditempuh adalah pembedahan. Namun, cara tersebut tak lagi digunakan sebab terapi hormon sudah cukup efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give Me Your Comment, No SPAM No JUNK: