Photobucket

18 Mei 2009

Depresi Ibu Mengancam Pasca Persalinan

Hari-hari pertama setelah melahirkan merupakan masa rawan depresi bagi seseorang ibu. Apalagi, bayi yang dilahirkan kembar. Ada kalanya, ibu tidak siap menerima kehadiran si kecil. “Tak ada istilah khusus untuk depresi bagi ibu yang melahirkan bayi kembar. Yang ada adalah depresi post partum. Yakni, depresi yang diderita ibu setelah melahirkan, termasuk ibu yang melahirkan bayi tidak kembar,” kata dr Frans Prasetyohadi SpOG, spesialisasi kebidanan dan kandungan RSAL dr Ramelan.

Menurut dia, ada beberapa tingkat depresi post partum dari ringan hingga berat. Bila depresi yang dialami ringan, pasien bisa sembuh sendiri. Artinya, pasien bisa mengontrol emosinya sendiri. Tapi, bila depresi yang dialami masuk kategori berat, ibu harus mendapat pengobatan intensif dengan menjalani rawat inap di rumah sakit.
Gejala depresi berat, antara lain, kehilangan minat, malas, dan tak mau merawat anak yang baru dilahirkan. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan konsentrasi dan malas makan-minum. Bahkan, ada penderita depresi post partum yang merasa putus asa hingga ingin bunuh diri. “Penderita depresi post partum berat hars segera ditangani agar tak berlanjut menjadi psikosis post partum,” jelas dr Agustina Konginan SpKJ, psikiater RSU dr Soetomo.
Dia menyatakan, perubahan hormon berperan dalam depresi post partum. Saat hamil, seorang wanita mengalami perubahan hormon. Begitu juga halnya saat melahirkan. Kondisi itu mendorong terjadinya perubahan suasana hati dan perasaan sehingga memunculkan depresi post partum. “Hampir semua wanita pernah mengalami kondisi tersebut setelah melahirkan. Tapi, cara mengontrol emosi dan perubahan suasana hati itu berbeda-beda,” paparnya. Depresi post partum, kata dia, lebih sering diderita ibu yang punya riwayat keluarga penderita gangguan jiwa. “Sebab, secara genetik sudah ada bakat,” ujarnya.
Karena itu, sebelum menjalani proses persalinan, Agustina menyarankan ibu hamil mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Dengan demikian, dia siap dan tidak takut menjalani persalinan. “Ibu jangan diam saja. Bila suasana hati sedang tak enak,s egera komunikasikan dengan suami atau anggota keluarga yang lain,” tuturnya.
Masalah yang dihadapi juga dianjurkan segera dicarikan jalan keluar. Hal tersebut berguna untuk mengurangi risiko depresi post partum atau baby blues syndrome, kumpulan gejala yang menyerang ibu menjelang persalinan. Sindrom itu juga dipengaruhi hormon. “Di sanalah pentingnya support keluarga. Jadi, ibu hamil tidak merasa sendirian menghadapi persalinan dan pasca kelahiran anak,” terangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give Me Your Comment, No SPAM No JUNK: