Photobucket

21 Mei 2009

ASIA Penyelamat Ekonomi Global

Krisis ekonomi yang hampir memasuki tahun kedua belum menunjukkan tanda-tanda segera membaik. Meski data positif mulai muncul, secara umum belum dapat diyakini perbaikan ekonomi segera diraih. Bahkan, data yang baru muncul semakin mengukuhkan bahwa resesi ekonomi masih terjadi di dunia ini. Ekonomi AS mengalami kontraksi 2,6% pada kuartal pertama tahun ini. Demikian pula kekuatan ekonomi besar dunia lainnya. Prancis turun 1,2% dan Jerman drop 3,8% pada periode yang sama.

Setali tiga uang, negara-negara Asia diperkirakan juga banyak yang berguguran. Ekonomi Jepang diperkirakan mengalami kontraksi di atas 5%, bahkan Singapura mencapai 11%, pada triwulan pertama tahun ini. Untungnya, Tiongkok yang menggelontorkan stimuls fiskal dalam jumlah besar (di atas USD 500 miliar) sukses menggerakkan ekonomi domestiknya. Ekonomi Tiongkok tumbuh 6,1% pada kuartal pertama tahun ini. Tak hanya itu, penjualan ritel di negeri berpenduduk terbanyak di muka bumi itu tumbuh 14% dan produksi industri juga naik 7% April lalu. Karena itu, Tiongkok diestimasi dapat mencatat pertumbuhan ekonomi 6,5% tahun ini.
Demikian pula India diyakini mampu membukakan pertumbuhan ekonomi 5% pada periode yang sama. Ini semua membuat banyak pihak berharap bahwa pemulihan ekonomi global akan datang dari Asia. Dua raksasa ekonomi baru Asia tersebut, meski mampu membukakan pertumbuhan di atas 5% pada tahun 2009. Sungguh luar biasa. Berdasar hal itu, berbagai pihak termasuk dari luar Asia menaruh harapan besar kepada Asia menjadi motor pemulihan ekonomi dunia. Hal itu muncul dalam diskusi Pacific Economic Cooperation Council di Washington awal Mei. Harapan ini justru muncul dari luar Asia. Namun, berbagai pihak di Asia justru tidak yakin dengan kemampuannya mendorong pemulihan ekonomi global. Padahal, modal Asia cukup kuat. Pertama, kekuataan ekonomi Tiongkok dan India mencapai 10% dunia. Lalu gap pertumbuhan dua negara tersebut dengan Amerika Serkat dan Eropa yang bisa 10% pada 2009. Itu membuat pertumbuhan Tiongkok dan India mampu memberikan daya dorong yang lumayan. Setidaknya, mendorong ekonomi dunia lebih dari satu persen.
Apalagi jika Tiongkok dan India dapat segera pulih ekonominya, tumbuh pesat seperti biasanya, daya dorongnya pasti lebih kuat. Padahal, di kawasan Asia ini Indonesia dan Vietnam diperkirakan juga tumbuh positif, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik lagi.

Indonesia Selamat
Di tengah krisis dunia seperti sekarang ini, ekonomi Indonesia masih tumbuh 4,4% pada kuartal pertama 2009 (data BPS). Ini tentu melegakan. Paling tidak, pusaran ekonomi global tidak menyeret perekonomian nasional. Apalagi, BPS juga mencatat pengurangan dari 9,39 juta (8,39%) per Agustus 2008 menjadi 9,24 juta (8,14%) pada Februari 2009. Itu tentu kabar gembira di tengah banyaknya PHK yang terjadi akhir-akhir ini (tentu saja banyak yang bingung dengan data tersebut). Namun, jika kita lihat kualitas pembangunan ekonomi selama ini, hal seperti itu bisa saja terjadi.
Indonesia diselamatkan justru oleh kualitas pertumbuhan ekonomi yang buruk. Yakni, sektor primer, yang berbasis sumber daya alam (yang biasanya di ekspor dalam bentuk diolah) ataupun nontradable goods pada umumnya tidak banyak terpukul oleh krisis. Sebab, kebanyakan produk itu sudah menjadi kebutuhan pokok. Sektor industri yang terpuruk justru menyelamatkan kita. Pada krisis ini, banyak usaha di sektor formal ataupun industri terpuruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give Me Your Comment, No SPAM No JUNK: