Photobucket

18 Mei 2009

Intervensi Perempuan dalam
Penanggulangan Kemiskinan (1)

“Only Women have got everything, It takes to be a working, Wife, and Mother at the same time” kutipan ini saya ambil dari Ibu Indayati Otoemo sewaktu saya mengikuti seminar mengenai Becoming a Smart Women dari John Robert Power (JRP). Kaum perempuan memiliki multiperan yang akan selalu dihadapinya. Hal ini terjadi apabila tidak adanya kemiskinan yang terbentuk oleh diskriminasi gender dan suatu berita yang membuat miris ketika penulis membuka lembaran Koran Nasional yang mengulas mengenai banyaknya jumlah buta aksara dan terbanyak didominasi oleh perempuan. Krisis ekonomipun semakin membuat terpuruk angka kemiskinan, angka kematian, ibu hamil melahirkan masih tinggi, kombinasi kendala ketiadaan akses pada unsur ekonomi, sosial, dan kuasa yang dihadapi oleh perempuan (miskin) menyebabkan terjadinya peningkatan “feminization of poverty”.

Pemberdayaan perempuan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk pemberantasan kemiskinan. Dengan pemberdayaan maka pengetahuan perempuan akan bertambah, kapasitas dan rasa percaya diri pada saat yang bersamaan akan bertambah pula. Artinya akan ada peningkatan kemampuan perempuan untuk mencapai tujuan pembangunan termasuk menekan angka kemiskinan.
Kemiskinan merupakan masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia, sejarah sebuah negara yang salah memandang dan mengurus kemiskinan. Kemiskinan adalah kelaparan. Kemiskinan berarti ketiadaan rumah, jika sakit tidak dapat berobat ke dokter, tidak dapat bersekolah dan tidak tahu baca-tulis, tidak punya pekerjaan, khawatir tentang masa depan dan hidup hanya untuk hari ini, kehilangan anak karena sakit disebabkan oleh ketiadaan sarana dan prasarana kesehatan, tidak punya daya dan kehilangan jati diri dan kebebasan. Dengan kata lain, kemiskinan memiliki banyak wajah, berubah dari waktu ke waktu dan dapat dipaparkan dengan berbagai cara. Masalah kemiskinan yang dihadapi oleh masyarakat bukanlah sekedar kemiskinan struktural, natural, absolut atau relatif tetapi juga kemiskinan moral.
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh struktur yang membelenggu masyarakat secara keseluruhan untuk melakukan kemajuan, Kemiskinan natural adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh pemiskinan sumber daya alam yang dapat digunakan untuk menghidupi masyarakat, Kemiskinan absolut struktural adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh ketidakterpenuhinya kebutuhan hidup standar minimum suatu komunitas, Kemiskinan relative adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh struktur yang membelenggu masyarakat secara keseluruhan untuk melakukan kemajuan.
Profil perempuan digambarkan sebagai manusia yang harus hidup dalam situasi dilematis. Di satu sisi, perempuan dituntut untuk berperan di semua sektor, namin di lain sisi muncul tuntutan agar perempuan tidak melupakan “kodrat”nya sebagai perempuan. Tuntutan demikian membuat wanita memukul beban yang berat (double burden). Peran perempuan yang dikonstruksi oleh sosial-budaya masyarakat dalam kodrat, dibiaskan maknanya menjadi suatu yang menempel pada perempuan dan menjadi citra diri perempuan. Pemerintah telah membakukan konsep perempuan ke dalam lima peran, Pertama perempuan adalah istri pendamping suami. Kedua, perempuan adalah ibu pendidik dan pembina generasi muda. Ketiga, pengatur ekonomi rumah tangga. Keempat, sebagai pencari nafkah tambahan. Kelima, terutama organisasi wanita, badan sosial, atau lainnya yang menyumbang pada masyarakat.
Dalam realitas kehidupan, kodrat bukan nilai yang perempuan hayati dan peran ganda bukan hal yang baru. Sejak kecil perempuan terdidik untuk mampu bertahan hidup dan menghidupi keluarganya dengan bekerja. Pembangunan (industrialisasi) memiskinkan perempuan, mesin dan tenaga kerja menyingkirkan tenaga perempuan dari pekerjaannya. Dalam dunia kerja, hampir sebagian besar perempuan masih kurang memiliki keterampilan. Lagi pula perempuan dibatasi oleh nilai-nilai kultural mengenai jenis pekerjaan yang boleh digeluti. Berbeda dengan kaum lelaki yang bebas memperoleh pekerjaan dan pendidikan untuk menunjang pekerjaannya. Padahal perempuan khususnya perempuan yang miskin merupakan tenaga kerja utama, sama dengan laki-laki dalam keluarga mereka. Pada kenyataannya, perempuan selalu diposisikan sebagai pencari nafkah tambahan. Indonesia tidak akan mampu mengurangi kemiskinan jika tidak menghilangkan diskriminasi gender. Membiarkan kebodohan, kemiskinan dan kesakitan perempuan sama artinya dengan mempersiapkan generasi yang bodoh dan miskin. Tanpa kesetaraan gender, kemiskinan dan keterbelakangan tidak mungkin dapat diatasi sepenuhnya.
Konsep tentang kemiskinan sangat beragam, mulai dari sekedar ketidakmampuan memenuhi konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan berusaha, hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan aspek sosial dan moral. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kemiskinan terkait dengan sikap, budaya hidup, dan lingkungan dalam suatu masyarakat atau yang mengatakan bahwa kemiskinan merupakan ketakberdayaan sekelompok masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh suatu pemerintahan sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi. Tetapi pada umumnya, ketika orang berbicara tentang kemiskinan, yang dimaksud adalah kemiskinan material.
Dengan pengertian ini, maka seseorang masuk kategori miskin apabila tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup secara layak. Ini yang sering disebut dengan kemiskinan konsumsi. Memang definisi ini sangat bermanfaat untuk mempermudah membuat indikator orang miskin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give Me Your Comment, No SPAM No JUNK: