Photobucket

21 Mei 2009

Tindihan Tergolong Sleep Paralysis

TIDUR sedang enak. Mendadak terasa ingin bangun, tapi sulit bergerak ataupun berteriak. Lalu, ada rasa dingin menjalar dari ujung kaki ke seluruh tubuh. Kalau tidak dibangunkan orang lain, sulit sekali bangun sendiri. Kalaupun berhasil bangun, dalam keadaan lemas dan terengah-engah.
Kondisi begini banyak disebut-sebut karena gangguan makhluk halus. Di Jawa, kondisi itu diberi istilah tindihan. Prof dr Margono Al imam Sjahrir SpS(K) menyebut dalam istilah medis sebagai sleep paralysis alias tidur lumpuh. “Karena, tubuh tidak bisa bergerak dan serasa lumpuh,” tuturnya.


Spesialis saraf yang berpraktik di RS PHC Surabaya itu menambahkan, orang yang sering mengalami sleep paralysis harus waspada. Sebab, tambah dia, kondisi begini mungkin berkaitan dengan kelainan jantung. “Kelainan di jantung mengakibatkan oksigen di otak berkurang,” tuturnya. Apalagi, bila kondisi itu terjadi secara mendadak dan sebelumnya orang itu hampir tak pernah tindihan. Bisa juga, gangguan tidur ini karena seseorang memiliki kelainan mirip epilepsy. “Umumnya, sleep paralysis berlangsung sejak kecil dan berulang,” tuturnya. Nah, untuk menentukan jenis kelainannya, kata guru besar FK Unair itu, diperlukan rekam otak. Setelah itu, baru bisa dilakukan tindakan medis. “Apakah cukup dengan obat atau terapi lain,” katanya.
Sleep paralysis, menurut Prof Margono, bisa terjadi pada pria ataupun perempuan. Usia rata-rata orang pertama mengalami gangguan tidur ini di kisaran 14-17 tahun. Tapi, intensitasnya makin tinggi seiring bertambahnya usia. Sleep paralysis alias tindihan ini berlangsung dalam hitungan detik hingga menit. Saat tindihan, tak tertutup kemungkinan terjadi halusinasi. Seperti melihat sosok atau bayangan hitam di sekitar tempat tidur. Tidak heran, fenomena ini sering dikaitkan dengan hal mistis. Kondisi tersebut diduga terkait malfungsi tidur pada tahap rapid eye movement (REM).
Berdasarkan gelombang otak, tidur terbagi empat tahap. Tahap tidur paling ringan (masih setengah sadar), tahap tidur lebih dalam, tidur paling dalam, dan tahap REM. “Pada tahap itulah mimpi terjadi,” paparnya. Saat tubuh terlalu lelah, gelombang otak tidak mengikuti tahapan tidur yang seharusnya. Jadi, dari keadaan sadar (saat hendak tidur) ke tahap tidur paling ringan, langsung melompat ke tahap mimpi (REM). Ketika otak mendadak terbangun dari tahap REM tapi tubuh belum, di sinilah sleep paralysis terjadi. Kita merasa sangat sadar, tapi tubuh tak bisa bergerak. Di tambah adanya halusinasi muncul sosok lain yang merupakan ciri khas mimpi. Selain itu, sleep paralysis akibat stress dan terbawa ke dalam mimpi. Lingkungan kerja ikut berpengaruh. “Bisa jadi tidihan diakibatkan terlalu lelah. Solusinya, ya lebih banyak beristirahat,” tuturnya. Dia menyarankan, tidur 8-10 jam pada saat yang sama setiap malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give Me Your Comment, No SPAM No JUNK: