Photobucket

22 Mei 2009

Mau Menikah Lagi, Khawatir Anak

KEHILANGAN orang yang telah mengayomi, melindungi, dan memberikan kasih sayang selama bertahun-tahun kadang membuat kita sedih dan kesepian. Kita seolah terperangkap dalam dunia yang sunyi, bagai awan kelabu yang tak pernah beranjak.
Sehingga, dikala ada secercah sinar mentari, gairah hidup kembali bersemangat dan berbagai impian baru datang menyapa. Sepertinya, Ibu sedang bertemu “teman” yang bisa mengembuskan motivasi dan memberi warna baru dalam kehidupan Ibu. Tetapi, ada beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan sebelum Ibu dan pasangan melangkah lebih jauh.

Pertama, tanyalah pada suara hati Ibu melalui pertenungan dan intriospeksi terdalam, apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan Ibu akan kehadirannya? Benarkah keinginan Ibu mewakili kebahagiaan anak-anak? Bukankah waktu Ibu memberikan informasi, sang buah hati terkesan belum siap ada orang lain yang menggantikan posisi ayahnya? Apakah calon pasangan siap menerima Ibu dengan kondisi yang ada? Bagaimana tanggapan kedua keluarga? Masih banyak hal lain yang mungkin Ibu lebih memahami.
Saat ini putra-putri Ibu sudah beranjak remaja. Mereka memasuki usia sensitive. Artinya, mereka peka terhadap perubahan, baik yang terjadi pada diri mereka, lingkungan, maupun keharmonisan keluarga. Saat ini mereka melihat Ibu sebagai sosok yang tegar, penuh kasih, dan perhatian. Apakah kehadiran “ayah” sambungan bisa membuat Ibu lebih memperhatikan, mengasihi, dan membuat mereka bahagia?
Atau sebaliknya, Ibu belum mampu melupakan suami yang telah menghadap sang Pencipta, bahkan mungkin tidak akan pernah terlupa untuk selamanya. Sebab, kehadiran kedua buah hati selalu menjadi cermin yang membuat sweet memory Ibu terhadap suami selalu ada. Kalaupun teman dekat Ibu sangat pengertian, bisa bersikap dewasa, apakah anak-anak bisa menerima kehadirannya dengan tulus ikhlas?
Dampak perkawinan terhadap kondisi psikis anak-anak sangat bergantung berbagai faktor,Bu. Bila saat ini mereka merasa tidak nyaman dan kehadiran orang ketiga bisa memberikan yang lebih baik, mungkin hal itu akan berdampak positif.
Namun, bila anak sudah bisa menerima keadaan dan happy dengan situasi saat ini, sedangkan orang lain yang hadir tidak bisa memahami mereka, bisa jadi anak-anak tambah stress.
Hidup ini pilihan, Bu. Sedikit ulasan dan bahan pertenungan di atas mudah-mudahan bisa membantu Ibu mengambil pilihan hidup terbaik, bukan hanya untuk kebaikan diri sendiri, tapi juga kebahagiaan anak-anak. Bagaimanapun, mereka adalah belahan jiwa Ibu. Bila anak bahagia, Ibu akan hidup damai. Selamat menentukan masa depan terbaik, Bu. Ibu bijaksana dambaan setiap anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give Me Your Comment, No SPAM No JUNK: