Photobucket

11 Mei 2009

MERASA NABI WASPADA BIPOLAR

MOOD atau suasana hati yang berubah bisa jadi hal bia¬sa. Orang memang kadang merasa gembira dan kadang sedih. Tapi, bila suasana hati sering tiba-tiba berubah drastis, tiba-tiba merasa sangat gembira lalu langsung down, mungkin itu merupakan gejala gangguan kejiwaan yang disebut bipolar.
Menurut dr Soetjipto SpKJ, bipolar ditandai dengan mood atau perasaan yang naik dan turun. Gangguan jiwa tersebut bisa dialami anak-anak atau orang dewasa, pria atau wanita. ‘Tak ada perbedaan gejala pada anak atau orang dewasa ' yang menderita bipolar,’ tu¬turnya.


Menurut dokter spesialis kejiwaan RSU dr Soetomo itu, ada dua fase pada bipolar. Mood sedang senang dina¬makan fase manik. Selain • mood, perubahan juga terjadi pada proses pikir, perilaku, kemauan, dan tenaga.
Tandanya, antara lain, ba¬nyak bicara, jadi boros karena . tak bisa mengontrol keinginan berbelanja, semangat meng¬gebu-gebu, dan bekerja hingga overtime. Tanda lainnya, me¬ngeluarkan ide-ide aneh. Misalnya, menjadi titisan nabi, layak jadi presiden, dan se¬bagainya.
Setelah fase manik selesai, mood, proses pikir, perilaku, dan tenaga menurun. Kondisi itu dinamakan fase depresi. Pada fase tersebut, menurut Soetjipto, penderita bipolar akan merasa sangat malas, tak mau beraktivitas, bolos sekolah atau kerja, tak mengerjakan tugas, dan selalu merasa sedih. ‘Yang mengkhawatirkan, pada fase itu, penderita bipolar bisa mengutarakan ide bunuh diri,’ jelasnya.
Sayang, kata dokter yang bertugas di poli rumatan metadon RSU dr Soetomo ter¬sebut, gejala bipolar itu tak mudah terdeteksi. Jadi, tak banyak orang yang tahu bahwa dirinya menderita bipolar.
Apalagi, tak ada spesifikasi waktu antara fase manik dan depresi. Ada kalanya, penderita bipolar masuk fase manik selama dua bulan, lalu berlanjut ke depresi. Tapi, ada pula yang . hanya mengalami fase manik tanpa disertai depresi. ‘Maka-nya, banyak yang mengira sedang emosi saja sehingga tak merasa perlu berobat,’ lan¬jutnya.
Soetjipto menyatakan, itu yang harus diluruskan. Konsultasi ke dokter perlu dila¬ kukan. Jika tidak, pasien akan mengalami fase manik dan depresi terus-menerus. ‘Apa¬lagi, bila penderita pernah menjalani percobaan bunuh diri. Pada tahap tersebut, pasien harus ditangani secara serius agar tak membahayakan pen¬derita atau orang-orang di sekitarnya,’ jelasnya.
Selain itu, prestasi sekolah atau kinerja pasien akan terganggu. Prestasi kerja yang semula bagus bisa langsung drop. ‘Pada orang dewasa, kondisi tersebut akan meng¬ganggu kondisi sosial ekonomi. Pada anak-anak, penderita terancam tak naik kelas,’ paparnya.
Soetjipto mengungkapkan, faktor risiko bipolar, antara lain, faktor genetik dan waktu lahir (bukan kelainan bawaan). Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), mengalami malnutrisi, dan mengalami infeksi saat dalam kandungan atau setelah lahir berisiko menderita bipolar.
‘Kondisi tersebut akan mengganggu proses tumbuh kembang otak. Ada gangguan keseimbangan neurotrans¬mitter di otak,’ tuturnya. Itu menjadi pencetus bipolar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Give Me Your Comment, No SPAM No JUNK: